Sabtu, 13 Mei 2017

Salam Perpisahanku Untukmu

"Kau adalah delusi yang selalu kuanggap nyata". -Revered Back, Inggrid Sonya

Untukku, kau sangat berharga.

Untukku, kau adalah teman delusiku.

Untukku, kau adalah penyemangat hariku.

Untukku, kau segalanya.

Kepadamu yang sedang membaca ini.

Apakah kau sudah membuka surat yang ku berikan?

Sebuah surat yang hanya berisi rangkaian kata yang tidak berguna?

Sebuah surat yang dengan bodohnya diriku berpikir akan membawamu ke sini?

Tapi, aku akan senang kalau kau membawa dirimu ke dalam dunia yang ku buat.

Pertama-tama, izinkan aku bertanya.

Bolehkan aku meminta waktumu? Sebentar saja.

Aku hanya ingin mennyampaikan sesuatu yang... yah.

"Memulai sesuatu memang tidak pernah mudah, namun kau tidak akan tahu apa yang terjadi kalau kau tidak memulainya." -Unknown

Kau seperti pelangi yang telah membuat hari-hariku penuh warna, kau juga telah membuat hujan yang tengah mencoba menyakitiku berhenti. Mungkin kau tidak tahu ini, tidak, kau memang tidak pernah tahu dan tidak ingin tahu tentang hal aneh ini.

Semenjak aku mengenalmu, aku dapat merasakan hujan tersebut berhenti dan pelangi yang indah muncul menggantikan sang hujan. Aku sangat senang saat itu, dan aku berharap pelangi itu akan terus mewarnai hari-hariku selamanya. Namun aku melupakan hal terpenting dari teori pelangi, pelangi tidak mungkin bukan terus-menerus membentang indah di langit?

Sama sepertimu, lambat-laun pelangi itu semakin memudar dan berganti degan langit cerah yang hanya terdiri dari awan-awan putih.

Sekarang aku hanya bisa menatap langit tersebut karena pelangi itu telah menghilang. Bukan, bukan aku yang menghilangkan pelangi itu. Tapi pelangi itulah yang menghilang sendiri. Aku juga tidak tahu apa yang salah, apakah pelangi itu terlalu bosan dengan pemandangan yang telah semesta sajikan untuknya? Entahlah.

Padahal, aku sangat senang melihat pelagi itu membentang indah di langit. Walaupun pelangi itu tidak berbicara, aku tetap senang walau hanya memandangnya saja. Mungkin semesta tidak ingin melihatku terus-menerus memandangi pelangi itu. Jadi, semesta mengambil pelanginya kembali. Mungkin.

"Aku cuma ngasih tahu kalau aku suka kamu. Nggak perlu diterima. Nggak perlu ditolak. Cukup untuk kamu ketahui." -The Chronicles of Audy: 21, Orizuka

Namun, terima kasihku kepada pelangi.

Terima kasih telah hadir walau hanya sekejap.

Terima kasih telah menumbuhkan bunga sakura dalam hatiku.

Terima kasih telah melukis kenangan indah dalam pikiranku.

Dan, terima kasihku kepada pelangi yang telah menghilang.

Terima kasih telah mengajarkanku apa itu sakit selama kau menghindariku.

Terima kasih telah menjadikanku be better from before.

Terima kasih telah membiarkanku mencicipi apa itu pahit-manisnya caramel macchiato yang kau campur adukkan dengan manisnya hot chocolate dan kau sajikan bersamaan dengan ice cream yang mulai mencair.

Juga, maafku untukmu pelangi yang telah hadir.

Maaf karena aku selalu menjadikanmu tokoh utama dalam duniaku.

Maaf karena aku selalu menghadirkanmu dalam bunga tidurku.

Maaf karena aku selalu menuliskan namamu dalam setiap naskahku.

Maaf juga karena aku... menyukaimu.

Sejak awal aku melihatmu.

Love at the first sight.

Sebuah perasaan klise.

Karena itulah aku berterima kasih kepada semesta yang telah mempertemukan kau denganku dan membuatkan kau dan aku kenangan yang manis, walau sebenarnya hanya aku yang merasakan bahwa itu adalah sebuah kenangan. Hehe.

Namun, semesta juga kejam, karena semesta tidak bisa membuatkan kata kita di antara aku dan kau.

The last word, sorry and thank you.

"Bahkan nggak semua atom bisa melepaskan elektronnya semudah itu. Mereka tetap membutuhkan gaya, kan?" -Petjah, Oda Sekar Ayu

Hehe.

Bye.